Yahoo, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menilai terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS lebih karena imbas sentimen negatif global yang juga dialami mata uang regional lainnya. Demikian dikatakan Kepala Biro Humas Bank Indonesia (BI) Difi Ahmad Johansyah di Jakarta, Kamis (22/9).
Melemahnya rupiah terjadi sejak Senin dimana Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, turun 24 poin karena pelaku makin aktif melepas rupiah. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun menjadi Rp 8.946-Rp 8.956 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp 8.922-Rp 8.932. tulis Media Indonesia
Neraca keuangan Bank Indonesia kembali mengalami defisit. Hingga pekan kedua September 2011, defisit neraca Bank Indonesia mencapai Rp 21,68 triliun. Besarnya defisit neraca itu hampir sebesar defisit tahun lalu yang mencapai Rp 30 triliun.
Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan volatilitas rupiah terpengaruh oleh faktor eksternal di Eropa terkait dengan meningkatnya tensi risiko utang kawasan Eropa pasca-penurunan rating utang Italia. http://www.korantempo.com/
Menurut Hatta pelemahan rupiah dan indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) karena persoalan global atau terjadi kekhawatiran terhadap apa yang di Uni Eropa sehingga menjadi trend global. Hanya saja menurut Hatta, secara fundamental perekenomian Indonesia masih mampu menahan apalagi ditambah respon Pemerintah dan Bank Indonesia yang kini telah memiliki kebijakan antisipasi penurunan nilai indeks saham dan rupiah. http://id.berita.yahoo.com/perekonomian-ri-kuat-hatta-minta-semua-pihak-tak-131854995.html
Capingko melihat bahwa keterpurukan atau merosotnya nilai mata uang Republik ini dipengaruhi beberapa hal, antara lain:
- Carut marutnya Dunia Pengadilan/Hukum
- Maraknya Pejabat Yang Korup
- Makin sulitnya dunia kerja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar